Setelah mendapatkan pengetahuan dalam
filsafat dapat kita ketahui bahwa filsafat tidak dapat kita tiru dari orang
lain, melainkan kita mencarinya sendiri dan berfilsafat secara sendiri. Dalam
mengetahui sesuatu yang telah kita ketahui kita mengalami masa-masa dimana kita
menggunakan intuisi untuk memperoleh pengetahuan atau informasi tersebut. Pada
dasarnya filsafat dapat menembus ruang dan waktu maka sudah sewajarnya kita
dapat memiliki filsafat bagi diri kita sendiri. Dengan memperhatikan kehidupan
sehari-hari kita akan mengembangkan intuisi dalam diri kita untuk dapat
melakukan hal yang sewajarnya untuk dilakukan demi mencapai kehidupan yang
lebih baik.
Kalau kita berpikir filsafat, maka cara
kita berpikir secara profesional. Dapat diberikan contoh secara spesifik atau
lebih rinci. Ternyata manusia itu memiliki dimensi yang lengkap, yaitu dimensi
material, dimensi formal, dimensi normatik dan dimensi spiritual. Karakter
manusia dalam menembus ruang dan waktu berbeda-beda. Secara material misalnya
seseorang terjun dari pesawat dengan menggunakan parasut. Secara formal,
sebagai contoh bapak dosen mendapatkan surat keterangan kenaikan pangkat.
Menembus ruang dan waktu itu siapa dan apanya. Ruang misalnya dimensi nol,
dimensi satu, dan seterusnya, contoh tersebut merupakan contoh ruang
aksiomatik. Ruang normatik atau ruang dalam filsafat selain aksiomatik ada
ruang yang bermacam-macam, misalnya ruang suami istri, ruang anak-anak, dan
sebagainya. Segala yang ada dan mungkin ada itu pasti memiliki ruang.
Menembus ruang dan waktu memiliki
tingkatan secara formal, misal peran kita dalam lingkungan kita lebih tinggi
dari peran orang lain diluar lingkungan kita. Ada tiga macam waktu menurut
Imanuel Kant yaitu waktu yang berurutan, berkelanjutan dan waktu yang
berkesatuan. Untuk memahami ruang kita menggunakan waktu dan sebaliknya untuk
memahami waktu kita menggunakan ruang.
Ada metodologi bagaimana kita menembus
ruang dan waktu antara lain tentang pemahaman kita mengenai fenomenologi dan
tentang pemahaman foundalism dan antifoundalism. Fenomenologi yang paling nyata
ada dalam matematika, sehingga dapat dikatakan matematika itu merupakan
inspirasi filsafat. Untuk dapat menembus ruang dan waktu kita harus dapat
melakukan idealisasi dan abstraksi. Manusia tidak akan lepas dari kedua hal
tersebut. Jika manusia tidak dapat melakukan idealisasi ataupun abstraksi maka
manusia tidak dapat hidup. Semua manusia dan benda-benda memiliki sifat
reduksionisme.
Untuk dapat menembus ruang dan waktu
kita harus trampil dalam menggunakan rumah evoke. Dalam filsafat baranag siapa
yang menetapkan permulaan maka dia adalah merupakan kaum foundasionalisme. Jika
kita tidak dapat menentukan permulaan maka itlah yang disebut intuisi.
Foundasionalisme dapat menghilangkan intuisi, sehingga hal tersebut yang
menyebabkan siswa kurang menyukai matematika. Intuisi hanya bisa didapatkan
melalui kehidupan kita dan pengalaman yang telah kita alami dalam kesadaran
kita. Di Indonesia mengajarnya adalah tanpa menumbuhkan istuisi siswa, sebaiknya
intuisi siswa dikembangkan dalam belajar matematika. Masing-masing bisa
kehilangan intuisi jika pemikiran kita kurang baik kondisinya, misalnya karena
kurang istirahat. Jadi untuk menembus
ruang dan waku dibutuhkan beberapa bagian yang dapat membantu kita menembus
truang dan waktu.
Masih
ada banyak aliran yang akan menuntun kita menemukan hakekat yang sebenarnya.
Jadi tetap saja suatu aliran tidak selalu bernilai benar atau positif pada
kenyataannya. Karena beberapa aliran tersebut juga merupakan perkembangan dari
olah pikir manusia dimana perkembangan pemikiran berdasarkan apa yang telah
dilakukan. Dalam kasus seperti perubahan gender, sebaiknya kita jangan sampai
melakukan hal tersebut karena pada dasarnya kita sudah menyimpang dari apa yang
seharusnya dan hal ini mungkin akan berakibat buruk kedepannya. Menerima
keadaan apa adanya adalah pilihan yang bijaksana karena manusia tidak ada yang
sempurna alangkah baiknya jika kita terima kekurangan dan kelebihan yang kita
miliki.
Filsafat bersifat refleksif, yang
dipelajari dalam filsafat merupakan belajar tata cara. Beberapa hal mengenai
tata cara yang ada dalam hidup ini perlu unutuk kita pelajari. Dalam
mempelajari tata cara setiap daerah dengan daerah lainnya memiliki tata cara
yang berbeda. Kita belajar untuk memahami tata cara tersebut. Dengan memahami
berbagai tata cara tersebut kita dapat menjaga sikap untuk menyesuaikan diri
dengan tata cara yang berlaku ketika kita di suatu tempat. Manusia yang
mengenal tata cara adalah manusia yang sudah ber adab. Adab belajar berfilsafat
merupakan filsafat itu sendiri. Kita belajar filsafat berawal dari keadaan,
karena keadaan itu merupakan sifat hidup. Hidup tidak akan lepas dari keadaan,
dimana keadaan itu kaitannya dengan potensi dan fakta. Setiap manusia memiliki
fakta dan fakta setiap manusia berbeda-beda. Fakta manusia tersebut adalah
keadaan sebenarnya yang dialami manusia dalam hidup. Karakter dari filsafat itu
ultima, yaitu puncak berfikir, puncak keadaan dunia.
Berbicara filsafat itu merupakan urusan
orang tua, namun bagi yang muda mereka masih berpacu untuk belajar membentuk
pola pikir. Dalam berfilsafat kita juga perlu untuk melakukan komunikasi yang
baik dalam kehidupan sehari-hari. Setiap keadaan itu diberi perantara antara
keadaan yang satu dengan keadaan yang lain. Adab dalam filsafat itu yang
pertama adalah pola pikir, oleh karena itu bagi yang belajar ketika muda itu
masih baru potensi yang berarti itu belum fakta. Merenung juga merupakan cara
belajar untuk beradab, sehingga belajar filsafat itu tidak memerlukan benda.
Potensi itu adalah keinginan yang dalam pencapaiannya memerlukan suatu usaha.
Filsafat itu tidak akan berarti kalau tidak berani menghadapi kenyataan, karena
itu yang terpenting dalam belajar filsafat adalah pola pikir. Selama hal yang
berkaitan dengan pikiran itu adalah belajar filsafat, karena filsafat itu
merupakan pola pikir. Filsafat tidak akan diberikan oleh para ahli filsafat,
karena filsafat itu perlu dibangun oleh diri masing-masing setiap orang yang
belajar filsafat. Berfilsafat itu cukup dengan dua modal utama saja yaitu
berpikir dengan melatih pola pikir, membendtuk pola pikir dan mengembangkan
pola pikir, selain itu berfilsafat memerlukan pengalaman yaitu pengalaman
hidup. Dalam berfilsafat kita tidak dengan mudah saja menerima apa yang orang
beritahukan kepada kita, akan tetapi kita perlu memikirkan lagi untuk menemukan
fakta, karena itu berfilsafat harus bisa berpikir dari hal yang paling sepele.
Jadi berfilsafat itu modalnya adalah
olah pikir, berpikir kritis, metode berpikir, bentuk-bentuk pikiran dan
sebagainya serta pengalaman hidup kita. Di atas filsafat ada spiritual, maka
kita harus berhati-hati. Karena diatas filsafat ada spiritual maka metode
berfilsafat dalam hal tertentu menyangkut spiritual. Metode keilmuan, dan
metode kehidupan sehari-hari, dirangkum menjadi satu sehingga metode filsafat
adalah metode hidup. Filsafat itu adalah hidup dan metode hidup itu adalah
seperti apa yang kita lakukan selama hidup ini. Kalau secara pemikiran manusia
hidup itu spiritual, dimana kita pasti memiliki Tuhan. Pikiran manusia itu
adalah ciri khas dirinya sehingga manusia bisa berpikir mengenai spiritual.
Objek filsafat adalah kendala yang ada dan yang mungkin ada. Dalam berpikir
spiritual kita tidak cukup hanya menggunakan pikiran tetapi yang utama kita
perlukan adalah hati kita. Hidup perlu keseimbangan dalam setiap aspek.