Berdasarkan pengalaman dari Bapak
Marsigit selaku dosen filsafat, ketika beliau observasi di Melbourne,
Australia. Seperti halnya disini yang dikatakan KKN-PPL,yang terjadi disana
tidak hanya sekedar KKN-PPL. Kegiatan praktek dilakukan di suatu sekolah
meskipun disana bukan termasuk kegiatan KKN-PPL seperti yang mahasiswa UNY
lakukan. Yang ditunjukkan dalam kegiatan tersebut adalah kegiatan mahasiswa yang
sedang melakukan praktek mengajar di SD. Diperlihatkan melalui foto bahwa di
Australia sejak SD sudah dikenalkan situasi akademik yang terstruktur, seperti
dalam membaca buku para siswa sudah diberikan petunjuk untuk memilih
jenis-jenis setiap buku untuk dibaca. Mahasiswa yang disana menyiapkan bahan
ajar secara berkelompok. Dalam membuat RPP dasarnya berupa jurnal yang disusun
secara langsung dari jurnal.
Ditunjukkan juga bahwa terdapat star
chart, dimana setiap siswa yang berprestasi akan mendapat penghargaan dengan
mengumpulkan poin sebagai poin tambahan bagi keaktifan mereka. Setiap hasil
karya siswa ditunjukkan dalam suatu majalah dinding. Disana pembelajarannya
secara tematik, sedangkan untuk kurikulum di Indonesia dalam menggunakan
pembelajarn tematik perlu membutuhkan penyesuaian karena secara umum di
Indonesia pendidikan jarang dipelajari mengenai tematik. Beberapa hal yang
buruk dan biasa terjadi di Indonesia yaitu ketika dalam pelajaran guru
meninggalkan siswa di kelas, tidak mengajar tetapi malah melakukan hal lain
yang tidak sesuai dengan kewajiban tugas sebagai guru. Meskipun tidak semua
melakukannya, hal tersebut perlu mendapat perhatian dan jangan sampai menjadi
kebiasaan.
Mahasiswa di Australia dibagi menjadi
beberapa kelompok untuk melaksanakan pembelajaran. Dibentuk suatu tim untuk
mempersiapkan apa saja yang diperlukan dalam mengajar. Pembelajaran
dilaksanakan di dalam perpustakaan, dimana perpustakaan digunakan secara
maksimal untuk berbagai macam kegiatan. Kurikulum yang digambarkan dalam
kegiatan tersebut adalah kurikulum tingkat satuan pembelajaran. Bisa dikatakan
jika siswa dan mahasiswa ikut menentukan kurikulum, dimana mahasiswa ikut
berperan aktif dalam mengembangkan ataupun menyusun kurikulum. Hal lain yang
diajarkan disana para siswa diberi kesempatan untuk merdeka dalam berpikir
dimana sejak kecil siswa dilatih untuk dapat bertanya, berkomentar, dan juga
saling memberi saran.
Manusia perlu bersyukur karena diberikan
kemampuan intuisi yang maksimal. Sensitibilitas juga berpengaruh penting untuk
membentuk intuisi dalam diri manusia. Jika kita ditanyakan sejak kapan kita
dapat membedakan kualitas, kuantitas dan sebagainya, maka tentu saja secara
jujur akan sulit dijawab. Semua itu tergantung dari sejak usia berapa kita
mendapatkan pemahaman tersebut, dan tentu hal tersebut tetap manjadi suatu
intuisi. Kita bisa memilah-milah apa yang kita perlukan dan apa yang tidak kita
perlukan.
Dalam pendidikan saat ini perlu
dikaitkan dengan pancasila karena asas dari pancasila dapat membentuk pendidikan
yang baik dengan pembelajaran yang sesuai dengan isi pancasila sehingga
pembelajaran dapat bermanfaat dalam kehidupan kita. Biasa dikatakan matematika,
biologi, fisika dan sebagainya adalah ilmu, itu jika untuk kalangan industrial
trainer. Kalau kita konsisten mengklaim negara kita demokrasi, maka seharusnya
matematika itu bukanlah ilmu melainkan kegiatan. Kegiatan mencari pola, kegiatan
investigasi, kegiatan mencari masalah dan menyelesaikannya, ataupun kegiatan
bersosial.
Beberapa yang diklaim sebagai ilmu
sepantasnya diaktakan sebagai suatu kegiatan. Karena kegiatan itulah yang
membentuk intuisi pada siswa. LKS yang dibuat guru juga menjadi salah satu
sarana penting bagi siswa untuk dapat mengembangkan intuisi yang mereka dapat
sehingga meningkatkan pemahaman bagi diri mereka. Semua pembelajaran yang
dilakuakn sebenarnya merupakan kegiatan. Jadi mempelajari pengetahuan adalah
sama saja dengan melakukan kegiatan untuk mencari tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar