Jumat, 18 Januari 2013

Kegiatan Belajar Mengajar di Mancanegara



Berdasarkan pengalaman dari Bapak Marsigit selaku dosen filsafat, ketika beliau observasi di Melbourne, Australia. Seperti halnya disini yang dikatakan KKN-PPL,yang terjadi disana tidak hanya sekedar KKN-PPL. Kegiatan praktek dilakukan di suatu sekolah meskipun disana bukan termasuk kegiatan KKN-PPL seperti yang mahasiswa UNY lakukan. Yang ditunjukkan dalam kegiatan tersebut adalah kegiatan mahasiswa yang sedang melakukan praktek mengajar di SD. Diperlihatkan melalui foto bahwa di Australia sejak SD sudah dikenalkan situasi akademik yang terstruktur, seperti dalam membaca buku para siswa sudah diberikan petunjuk untuk memilih jenis-jenis setiap buku untuk dibaca. Mahasiswa yang disana menyiapkan bahan ajar secara berkelompok. Dalam membuat RPP dasarnya berupa jurnal yang disusun secara langsung dari jurnal.
Ditunjukkan juga bahwa terdapat star chart, dimana setiap siswa yang berprestasi akan mendapat penghargaan dengan mengumpulkan poin sebagai poin tambahan bagi keaktifan mereka. Setiap hasil karya siswa ditunjukkan dalam suatu majalah dinding. Disana pembelajarannya secara tematik, sedangkan untuk kurikulum di Indonesia dalam menggunakan pembelajarn tematik perlu membutuhkan penyesuaian karena secara umum di Indonesia pendidikan jarang dipelajari mengenai tematik. Beberapa hal yang buruk dan biasa terjadi di Indonesia yaitu ketika dalam pelajaran guru meninggalkan siswa di kelas, tidak mengajar tetapi malah melakukan hal lain yang tidak sesuai dengan kewajiban tugas sebagai guru. Meskipun tidak semua melakukannya, hal tersebut perlu mendapat perhatian dan jangan sampai menjadi kebiasaan.
Mahasiswa di Australia dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan pembelajaran. Dibentuk suatu tim untuk mempersiapkan apa saja yang diperlukan dalam mengajar. Pembelajaran dilaksanakan di dalam perpustakaan, dimana perpustakaan digunakan secara maksimal untuk berbagai macam kegiatan. Kurikulum yang digambarkan dalam kegiatan tersebut adalah kurikulum tingkat satuan pembelajaran. Bisa dikatakan jika siswa dan mahasiswa ikut menentukan kurikulum, dimana mahasiswa ikut berperan aktif dalam mengembangkan ataupun menyusun kurikulum. Hal lain yang diajarkan disana para siswa diberi kesempatan untuk merdeka dalam berpikir dimana sejak kecil siswa dilatih untuk dapat bertanya, berkomentar, dan juga saling memberi saran.
Manusia perlu bersyukur karena diberikan kemampuan intuisi yang maksimal. Sensitibilitas juga berpengaruh penting untuk membentuk intuisi dalam diri manusia. Jika kita ditanyakan sejak kapan kita dapat membedakan kualitas, kuantitas dan sebagainya, maka tentu saja secara jujur akan sulit dijawab. Semua itu tergantung dari sejak usia berapa kita mendapatkan pemahaman tersebut, dan tentu hal tersebut tetap manjadi suatu intuisi. Kita bisa memilah-milah apa yang kita perlukan dan apa yang tidak kita perlukan.
Dalam pendidikan saat ini perlu dikaitkan dengan pancasila karena asas dari pancasila dapat membentuk pendidikan yang baik dengan pembelajaran yang sesuai dengan isi pancasila sehingga pembelajaran dapat bermanfaat dalam kehidupan kita. Biasa dikatakan matematika, biologi, fisika dan sebagainya adalah ilmu, itu jika untuk kalangan industrial trainer. Kalau kita konsisten mengklaim negara kita demokrasi, maka seharusnya matematika itu bukanlah ilmu melainkan kegiatan. Kegiatan mencari pola, kegiatan investigasi, kegiatan mencari masalah dan menyelesaikannya, ataupun kegiatan bersosial.
Beberapa yang diklaim sebagai ilmu sepantasnya diaktakan sebagai suatu kegiatan. Karena kegiatan itulah yang membentuk intuisi pada siswa. LKS yang dibuat guru juga menjadi salah satu sarana penting bagi siswa untuk dapat mengembangkan intuisi yang mereka dapat sehingga meningkatkan pemahaman bagi diri mereka. Semua pembelajaran yang dilakuakn sebenarnya merupakan kegiatan. Jadi mempelajari pengetahuan adalah sama saja dengan melakukan kegiatan untuk mencari tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar