Jumat, 18 Januari 2013

Menembus Ruang dan Waktu

Kalau kita berpikir filsafat, maka cara kita berpikir secara profesional. Dapat diberikan contoh secara spesifik atau lebih rinci. Ternyata manusia itu memiliki dimensi yang lengkap, yaitu dimensi material, dimensi formal, dimensi normatik dan dimensi spiritual. Karakter manusia dalam menembus ruang dan waktu berbeda-beda. Secara material misalnya seseorang terjun dari pesawat dengan menggunakan parasut. Secara formal, sebagai contoh bapak dosen mendapatkan surat keterangan kenaikan pangkat. Menembus ruang dan waktu itu siapa dan apanya. Ruang misalnya dimensi nol, dimensi satu, dan seterusnya, contoh tersebut merupakan contoh ruang aksiomatik. Ruang normatik atau ruang dalam filsafat selain aksiomatik ada ruang yang bermacam-macam, misalnya ruang suami istri, ruang anak-anak, dan sebagainya. Segala yang ada dan mungkin ada itu pasti memiliki ruang.
Menembus ruang dan waktu memiliki tingkatan secara formal, misal peran kita dalam lingkungan kita lebih tinggi dari peran orang lain diluar lingkungan kita. Ada tiga macam waktu menurut Imanuel Kant yaitu waktu yang berurutan, berkelanjutan dan waktu yang berkesatuan. Untuk memahami ruang kita menggunakan waktu dan sebaliknya untuk memahami waktu kita menggunakan ruang.
Ada metodologi bagaimana kita menembus ruang dan waktu antara lain tentang pemahaman kita mengenai fenomenologi dan tentang pemahaman foundalism dan antifoundalism. Fenomenologi yang paling nyata ada dalam matematika, sehingga dapat dikatakan matematika itu merupakan inspirasi filsafat. Untuk dapat menembus ruang dan waktu kita harus dapat melakukan idealisasi dan abstraksi. Manusia tidak akan lepas dari kedua hal tersebut. Jika manusia tidak dapat melakukan idealisasi ataupun abstraksi maka manusia tidak dapat hidup. Semua manusia dan benda-benda memiliki sifat reduksionisme.
Pada hakekatnya mausia itu reduksionis, tempat dimana kita dimakamkan sudah ditentukan. Manusia memiliki korespondensi antara kelahiran dan kematian. Hidup ini kontradiksi karena selain kita bersifat reduksi kita juga bersifat melengkapi termasuk melengkapi diri. Dalam filsafat rumahnya adalah [ikiran, berbeda dengan pandangan secara formal dimana rumah memiliki alamat dan letak geografis. Ubtuk normatik kita menyimpan dalam pikiran apa yang ada dan mungkin ada.
Seseorang yang memikirkan pasti akan mengatakan. Tidak ada yang lepas dari memikirkan. Segala sesuatu yang dipikirkan dan diewatkan begitu saja maka dalam pikiran itu kita simoan ke dalam rumah evoke. Sehingga dapat kita katakan sesuatu yang tidak kita pikirkan kita masukkan ke evoke. Ketika ketika berdoa maka saat itulah kita memasukkan segala memikiran kita ke dalam evoke. Dalam filsafat, kata-kata yang tidak diperhatikan berarti dimasukkan ke dalam rumah evoke. Orang yang tidak bisa memasukkan pemikiran ke rumah evoke tidak akan dapat menahan keinginannya. Dalam filsafat setan yang menggoda manusia perlu ditangkap dan dimasukkan ke dalam rumah evoke.
Untuk dapat menembus ruang dan waktu kita harus trampil dalam menggunakan rumah evoke. Dalam filsafat baranag siapa yang menetapkan permulaan maka dia adalah merupakan kaum foundasionalisme. Jika kita tidak dapat menentukan permulaan maka itlah yang disebut intuisi. Foundasionalisme dapat menghilangkan intuisi, sehingga hal tersebut yang menyebabkan siswa kurang menyukai matematika. Intuisi hanya bisa didapatkan melalui kehidupan kita dan pengalaman yang telah kita alami dalam kesadaran kita. Di Indonesia mengajarnya adalah tanpa menumbuhkan istuisi siswa, sebaiknya intuisi siswa dikembangkan dalam belajar matematika. Masing-masing bisa kehilangan intuisi jika pemikiran kita kurang baik kondisinya, misalnya karena kurang istirahat. Jadi  untuk menembus ruang dan waku dibutuhkan beberapa bagian yang dapat membantu kita menembus truang dan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar